Aktif dan Efektif Dalam Mendengar : Hambatan yang sering muncul
Attention :
"Langkah pertama dalam mendengarkan adalah mengenali dan memerangi berbagai penghambat dalam mendengarkan yang efektif" (Nichols. 1961)
- Sibuk dengan diri sendiri
Your biggest enemy is your self, yup memang musuh terbesar kita adalah diri kita sendiri, Coba tenangkan sejenak pikiran kita saat pembicaraan, fokus dan hargai lawan bicara saat berbicara.
Tapi jangan salah adakalanya, fokus dan sibuk pada diri sendiri karena adanya beban dan peran kita sebagai pembicara, dan sibuk bagaimana tanggapan lawan bicara kita terhadap tanggapan yang kita berikan nanti. Jangan khawatir dulu mengenai tanggapan lawan bicara kamu, coba deh fokus dulu dengan pembicaraan.Fokus, Fokus, Fokus,... hehe, kalau kita fokus sama pembicaraan pasti hasilnya akan lebih baik dan relevan Feedbacknya
- Sibuk dengan masalah diluar pembicaraan
Penghambat lainnya adalah adanya kecenderuan untuk memusatkan perhatian pada masalah masalah yang tidak relevan dalam interaksi dan diluar konteks. Seperti, berfikiran duh, besok malem aku makan apa ya, jalan sama siapa, kerjaan kantor gimana, pacar aku lagi dimana.
Nah, tentu saja kalau kita memikirkan hal hal ini, kita tidak akan fokus dalam mendengar, Jika memang sekiranya ada hal yang perlu diselesaikan, sebaiknya diselesaikan terlebih dahulu dan quality time untuk selanjutnya
Nah, tentu saja kalau kita memikirkan hal hal ini, kita tidak akan fokus dalam mendengar, Jika memang sekiranya ada hal yang perlu diselesaikan, sebaiknya diselesaikan terlebih dahulu dan quality time untuk selanjutnya
- Sharpening (Mempertajam)
Dalam mempertajam, satu atau dua aspek dari pesan yang disoroti, ditekankan, dan barangkali dibumbui. Sering kali konsep yang kita pelajari adalah hal tertentu yang kebetulan menonjol dibandingkan denga aspek yang lain. Misalnya, dari semua fakta yang diceritakan dari Hari adalah saat dia jalan dengan Intan yang sudah mempunyai pacar
- Asimilasi
Asimilasi adalah kecenderungan untuk merekonstruksikan pesan sedemikian rupa sehingga sesuai dengan prasangka, sikap, kebutuhan dan nilai kamu sendiri. Misalnya saja kamu mempunyai pandangan negatid terhadap teman sekantor kamu, saat dia memberitahu anda dia akan ijin pada hari rabu, kamu langsung menilai dia pasti hanya ingin bolos saja. Padahal sebenarnya dia ada tugas dinas, dan hanya memberikan informasi jika kamu membutuhkannya. Nah hati hati ya, terhadap asimilasi ini karena jika kita terbiasa dengan kebiasan ini, kita tidak akan tahu apa itu pesan netral. Dan akan selalu membiaskan, merekonstrusikan, dan mengevaluas pesan kepada pesan negatif
- Faktor kawan atau lawan
Faktor kawan atau lawan sering kali membuat kita mendistorsi pesan karena sikap kita terhadap orang lain. sama halnya seperti asimilasi, kebiasaan pada sikap ini akan membuat kita fokus dan objektif dalam memberikan penilaian, kamu harus berusaha keras untuk mendengarkan, dengan cara yang adil tanpa prasangka.
- Mendengar yang diharapkan
Bila kita mendengarkan, sering kali kita terhanyut dalam pesan pembicara, tapi sering kali kita tidak mendengarkan apa yang sebenarnya dikatakan, dan sebaliknya kita mendengarkan apa yang kita harapkan. contoh : Belum juga desty bercerita dengan saya, saya sudah bisa tebak dia akan cerita apa, saya sudah bisa menebak plotnya seperti apa. (ya ringkasnya, sotoy duluan deh) hehe
Nah itu dia, hambatannya. intinya coba sejenak luangkan waktu untuk fokus pada pembicaraan, coba jangan memberikan pandangan, judgment, atau penilian sebelum benar benar kita paham dan mengerti akan makna pesan pembicaraan.
Comments
Post a Comment